Ludruk berasal dari kata lodrok. Sebuah kata dalam bahasa Jawa ngoko
yang berarti badut atau lawak. Kata ludruk juga bermakna ‘jembek,
jeblok’, ‘gluprut’, ‘badut’, dan ‘teater rakyat’. Sebuah kesenian khas Jawa Timur yang biasa dibuka dengan tari
Remo dan Parik’an (pantun) berisi nasihatnasihat/ pesan‐pesan moral
dengan gaya lawak. Kesenian yang kini seakan mati suri dan hanya
dinikmati oleh orang‐orang tua.
Ludruk Irama budaya merupakan hiburan kesenian asli surabaya yang hapir punah keberadaannya, kumpulan pemain kesenian tersebut terletak di raya wonokromo (Dekat dengan terminal joyoboyo) salah satu cirikas kesenian ini adalah semua pemainnya laki - laki dimana mereka berperan sebagai perempuan.
Di Surabaya kesenian Ludruk ini hanya dipentaskan oleh sejumlah seniman
terkenal seperti Cak Kartolo dan Sapari. Selain itu, nyaris tak
terdengar nama tokoh Ludruk di Surabaya. Berbeda dengan Mojokerto,
Jombang, Malang serta daerah Jatim lainnya, kesenian ini terus
berkembang. Bahkan dari pengakuan seniman, Ludruk Jawatimuran ini sering
pentas di Jakarta. Seperti di Taman Ismail Marzuki atau di TMII,
anjungan Jatim.
Pemain Ludruk sendiri saat ini , lebih banyak diisi pemain paruh
baya. Jarang ada generasi muda yang mau memainkan kesenian tersebut.
Sebagian generasi muda menganggapnya jika itu kesenian kuno, kolot dan
sudah bukan jamannya lagi. Padahal, Ludruk yang lebih akrab dengan
bahasa Suroboyoannya, seharusnya bisa menjadi kebanggaan Surabaya yang
menjadi cikal bakal lahirnya Ludruk tersebut.
Post a Comment