Tingkepan atau sering disebut oleh orang surabaya adalah "Piton - Piton / Mitoni" adalah merupakan tradisi yang masih dilestarikan. Upacara tingkeban ini hanya dilaksanakan oleh wanita yang baru pertama kali hamil. Pada kehamilan kedua, ketiga, keempat, tidak diadakan lagi upacara tingkeban tersebut. Upacara tingkeban,terdiri dari bebera¬pa tahapan kegiatan, dimulai dengan kenduri, siraman, membelah cangkir, menjatuhkan teropong, berganti pakaian, dan diakhiri dengan menjual rujak.
Adapun pelaksanaan upacara tingkeban adalah sebagai berikut:
Setelah kandungan berumur tujuh bulan, maka ditentukan waktu yang baik untuk melaksanakan upacara tingkeban. Mengenai waktu untuk melaksanakannya ada beberapa ketentuan sebagai pedoman. Ada yang mengambil pedoman hari kelahiran (weton) orang yang mengandung. Ada pula yang melaksanakan pada tanggal (hari) sebelum bulan purnama, misalnya antara tanggal 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13 dan 15. Ada yang melaksanakan pada siang hari dan ada pula yang melaksanakan pada malam hari.
Telah disebutkan bahwa upacara tingkeban merupakan upacara terpenting diantara upacara-upacara yang lain, yang diadakan pada waktu seseorang sedang hamil. Oleh sebab itu sajian untuk menyertai upacara ini banyak macamnya. Perlengkapan upacara itu seperti berikut :
1. Nasi tumpeng sebanyak tujuh buah dengan lauk-pauknya gudhangan, yang dilengkapi dengan telur tujuh buah dan panggang ayam jantan seekor.
2. Nasi wuduk (nasi yang memasaknya diberi santan sehingga gurih rasanya), maka dari itu nasi wuduk juga disebut nasi gurih. Nasi wuduk ini biasanya dilengkapi ingkung ayam (ingkung adalah ayam yang cara memasaknya tidak dipotong-potong, ayam tersebut direbus, diberi bumbu opor).
3. Nasi golong, yaitu nasi putih yang dibentuk bulat -bulat sebesar bola tennis, yang bergaris tengah ± 6 cm, berjumlah tujuh buah.
4. Nasi punar sebanyak tujuh takir. Takir untuk tempat nasi tersebut dinamakan takir plonthang, yaitu takir yang tepinya diplisir dengan janur kuning dan dikancing pakai jarum bundel (Jawa : dom bundel).
5. Kupat luar (ketupat) sebanyak 7 buah.
6. Jenang abang (bubur dari beras yang diberi gula merah) jenang putih (bubur beras putih), jenang sengkolo yaitu bubur merah yang diatasnya diberi bubur putih
7. Apem kocor yaitu apem yang rasanya tawar, cara makannya dengan juruh yaitu gula jawa yang dicairkan.
8. Sampora yaitu makanan yang terbuat dari tepung beras yang diberi santan, kemudian dicetak seperti tempu¬rung tertelungkup, lalu dikukus.
9. Ketan manca warna yaitu nasi ketan (beras pulut) yang dibentuk bulatan-bulatan sebanyak 5 buah yang ber¬warna hitam, putih, merah, kuning biru.
10. Polo pendhem yang terdiri dari bermacam-macam ubi- ubian antara lain : ubi jalar, ubi kayu, ketela rambat, talas, kentang hitam, gembili dan lain sebagainya.
11. Jajan pasar yang terdiri dari beberapa macam makanan kecil yang biasa dijual di pasar, antara lain : thiwul, canthel, kacang tanah, krupuk, dhondhong, pisang raja dan lain sebagainya.
12. Uler-uleran yaitu makanan dari tepung beras yang diberi bermacam-macam warna.
13. pipis kenthel yaitu makanan yang bahannya dari tepung beras dicampur dengan santan dan gula merah, adonan ini di bungkus daun pisang kemudian dikukus.
14. Dhawet adalah semacam minuman yang bahannya dari santan, juruh (gula merah yang dicairkan) diberi isi cendhol.
15. Rujak legi bahannya terdiri dari bermacam-macam buah-buahan kemudian dipasah dan diberi bumbu rujak.
16. Pisang ayu yaitu pisang raja dua sisir (Jawa : setang- kep) yang biasanya dilengkapi dengan sebungkus sirih dan bunga.
17. Bunga setaman yaitu tujuh macam bunga yang diletak¬kan dalam suatu tempat, biasanya bokor yang telah diisi air/ Ketujuh macam bunga itu kalau bisa diusahakan 7 warna, kalau tidak bisa paling sedikit harus ada 3 warna yaitu merah, putih, kuning.